15 November 2011

Perilaku Konsumen Kopi...

Beberapa lama mengelola tempat wisata kuliner café & rest area Gumitir, saya jadi banyak mengenal beberapa  konsumen.  Salah satu konsumen café Gumitir ada yang benar benar menyukai kopi.  Bahkan setelah mengetahui kalau kopi lebih nikmat disajikan dengan alat siphon, konsumen tersebut berminat untuk membeli siphon.



Akan tetapi suatu saat ada salah satu konsumen yang mengeluhkan tentang kopi yang disajikan di café Gumitir tidak enak, kurang mantaplah.  Setelah itu saya berusaha mengorek keterangan dari konsumen tersebut, dalam hal apa kopi yang disajikan dikatakan kurang enak.



Konsumen tersebut menyatakan bahwa masih lebih enak dan mantap kopi dalam bentuk sachet yang dijual di pasaran dengan harga Rp. 1.000,-.  Masih menurut dia “kopi itu lebih enak bila ditambah dengan kremer”.

Saya kemudian mengambil kopi bubuk merek Rolas yang biasa kita sajikan dan kopi dalam bentuk biji yang telah disangrai.  Saya jelaskan kepada konsumen tersebut bahwa kopi yang kita jual dalam bentuk bubuk berasal dari kopi biji yang sudah disangrai tersebut dan murni tanpa campuran apapun. Lebih lanjut saya sampaikan bahwa untuk menikmati rasa kopi yang sesungguhnya, seharusnya tidak perlu campuran gula, apalagi kremer.

Saya katakan bahwa kopi yang beredar di pasaran  ada bermacam jenis mutu, disesuaikan dengan daya beli konsumen.  Tentu saja kopi yang murah berasal dari kopi mutu rendah yang dengan campuran bahan bahan tertentu menjadi kopi yang dianggap enak, karena kebanyakan konsumen mengetahuinya adalah jenis tersebut.

Konsumen tersebut akhirnya mengatakan bahwa selama ini dia memang terbiasa  minum kopi yang telah dicampur dengan beras.  Menurut dia justru rasa pahit yang lebih terasa itulah yang dianggap nikmat.

Itulah kenyataan perilaku sebagian konsumen yang ada saat ini.  Mereka masih mempertimbangkan harga dibandingkan kualitas kopi yang diminumnya.

SILAHKAN MEMBACA ARTIKEL LAINNYA...

4 comments:

  1. Memang seperti itu adanya,,,,,kita telah di didik dengan sangat baik oleh produk kopi yang tidak jelas. Begitu disuguhkan kopi berkualitas terbaik, malah silidah mengatakannya tidak enak,,,
    :)

    ReplyDelete
  2. @alfadrian : memang kebanyakan konsumen mendapatkan kopi dengan kondisi yang disesuaikan dengan kemampuan daya belinya. Produsen juga tidak salah karena mereka berupaya sekuat tenaga memasarkan produknya supaya laku dan digemari konsumen agar mendapatkan keuntungan.
    Ada salah satu produk dengan tulisan white coffee, saya pikir seperti halnya white tea yang diproduksi dari pucuk teh yang sangat berkualitas. Ternyata produk itu kopi dengan tambahan creamer saja, rasa masam kopi arabika baru terasa setelah kopi itu dingin...

    ReplyDelete
  3. memang agak membingungkan, kopi yang benar - benar kopi malah kalah dengan kopi yang bukan kopi.

    Menurut saya karena mungkin masyarakat indonesia sudah terbiasa dengan kopi yang murah, sehingga butuh perjuangan jika ingin memberitahu mereka kalau kopi yang benar adalah kopi yang "ini" , buka kopi yang "itu"

    sekian dan terima kasih.

    ReplyDelete